MAKALAH KEPERAWATAN GAWATDARURAT
PENANGANAN ASMATIKUS
GUNA
MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FARIS IZZUDIN 48933181537
PINRIH SETYO MULYO 48933181549
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2015
DAFTAR ISI
Jumlah penderita asma di dunia mungkin setinggi 334 juta. Angka
ini berasal dari analisis yang komprehensif terbaru dari Global Burden of Disease Study (GBD) yang dilakukan tahun
2008-2010. The International Study of
Asma dan Alergi in Childhood (ISAAC) melakukan survei terbaru antara tahun
2000 dan 2003. ISAAC menemukan bahwa sekitar 14% dari anak-anak di dunia yang
cenderung memiliki gejala asma pada tahun lalu dan, yang terpenting, prevalensi
asma anak bervariasi antar negara, dan antara pusat dalam negara yang diteliti.
Kesimpulan ini dihasilkan dari survei ISAAC tentang sampel yang representatif
dari 798.685 anak usia 13-14 tahun di 233 pusat di 97 negara. (A kelompok usia
yang lebih muda dari anak-anak (6-7 tahun) juga dipelajari oleh ISAAC dan
temuan itu umumnya sama dengan anak-anak yang lebih tua). Prevalensi mengi
baru-baru ini bervariasi. Prevalensi tertinggi (> 20%) secara umum diamati
di Amerika Latin dan di negara-negara berbahasa Inggris dari Australasia, Eropa
dan Amerika Utara serta Afrika Selatan. Prevalensi terendah (<5%) diamati di
anak benua India, Asia-Pasifik, Timur Mediterania, dan Utara dan Eropa Timur.
Di Afrika, 10-20% prevalensi sebagian besar diamati.(ISAAC, 2014)
Status asmatikus merupakan serangan asma yang tidak dapat
diatasi dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis,
bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. Status asmatikus adalah
asma yang berat dan persisten yang tidak merespons terapi konvensional
(Muttaqin, 2008).
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
kegawat daruratan Asmatikus.
2. Tujuan
Khusus
Untuk
mengetahui konsep keperawatan Asmatikus yang terdiri dari definisi, pengkajian
dan penanganan.
Asma
adalah keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadat rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan ; penyempitan ini
bersifat berulang namun reversible, dan di antar episode penyempitan bronkus
tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A.Price).
Beberapa factor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status
atopi, factor keturunan, serta factor lingkungan. (Nurarif & Hardhi, 2015).
Status asmatikus merupakan serangan asma yang tidak dapat
diatasi dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis,
bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. Status asmatikus adalah
asma yang berat dan persisten yang tidak merespons terapi konvensional.
Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan
tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok
adrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut
mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin (Muttaqin, 2008).
Asma
merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk
akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara
episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
1)
Adalah peradangan jalan napas
kronis, yang di tandai dengan hiperaktivitas bronkus dan obtruksi jalan napas
yang reversible.
2)
Eksaserbasi akut dapat sebgai
akibat pemicu lingkungan, aktivitas fisik, infeksi temperature, atau tidak taat
terhadap pengobatan.
3)
Status asmatikus adalah suatu
serangan yang mengancam jiwa yang tidak berespon terhadap terapi awal.
4)
Reaksi imonologik (alergika/asma
ekstrinsik) mulai timbul dengan aktivitas sel mask dan pelepasan histamine,
leukotrin, prostaglandin, dan tromboksane A2 dan berkembang menjadi
bronkokontriksi, peradangan, dan produksi mucus oleh eosinophil, dan sel
mononukleus.
5)
Reaksi Non-imunologik (asma
intriksik) mengakibatkan bronkokontriksi tanpa menginduksi kaskade imunologik
di atas (misalnya aktivitas fisik, udara dingin, infeksi respirasi, polutan
udara, dan obat-obatan).
(Jeffrey
& Scott,2012)
1.
Primary Assessment
a) Airway
Pada
pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan
napas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus
ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen
semakin sedikit yang dapat diperoleh.
b) Breathing
Adanya
sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien
untuk memporeh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus
pasien mengalami napas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini
memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya
bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan
satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada
pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25x / menit. Pantau
adanya mengi.
c) Circulation
Pada
kasus asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksigen maka
jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai
dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110x/menit. Terjadi pula
penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih
dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 50% nilai dugaan atau
nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya
kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap
circulation ini.
d) Disability
Pada
tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus
mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon
hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata-bata dan tidak mampu
menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat
menimbulkan kelelahan. Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik
paien unrespon.
e) Exposure
Setelah
tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure
dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih intensif
(ENA, 2007) .
2.
Secondary assessment
Memeriksa pasien dari kepala sampai kaki (Head to Toe)
dengan teliti untuk menilai adakah perubahan bentuk, tumor, luka, dan sakit
(BTLS).
3.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan menurut Astutu & Rahmat, 2010
adalah :
a) Kerusakan bertukaran gas berhubungan dengan kontriksi
bronchial.
b) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c)
Fatique berhubungan dengan
hipoksia
d) Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kesulitan intake cairan, kehilangan cairan dan diapoiresis.
Penanganan
menurut Jeffrey & Scott,2012 adalah :
1)
O2 suplemen di
berikan.
2)
Intervensijalan napas dapat
mencakup ventilasi tekanan positif yang non-invasif atau intubasi endotrakea.
3)
Terapi bronco dilator melalui
nebulizer atau inhaler.
4)
Steroid merupakan terapi utama
tetapi efeknya belum telihat selama 2-6 jam.
5)
Magnesium sulfat digunakan pada
anak-anak dengan kelainan moderat sampai berat (juga dapat menurunkan keperluan
intubasi).
6)
Injeksi epinefrin atau
terbutaline di berikan pada pasien yang sakit kritis.
7)
Modifier leukotrin, cromolyne,
dan methylxathine tidak di gunakan pada eksaserbasi akut karena mulai kerjanya
lambat.
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang
lain, bila tidak diatasi dengan secara
cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan
pernafasan.Asmatikus merupakan penyakit obstruksi jalan napas, yang reversible
dan kronis, dengan karakteristik adanya mengi, disebakan oleh spasme saluran
bronkial, atau pembengkakan mukosa setelah terpajan berbagai stimulus.
Prevalensi, morbiditas dan mortalitas asma meningkat yang mungkin akibat dari
peningkatan polusi udara.
·
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015).
Nanda nic-noc aplikasi jilid 1.Jakarta:
Mediaction
·
Brunner & Suddarth. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
·
Jeffrey
M. C. & Scott K. (2012). Master
Plan Kedaruratan Medik.Tangerang selatan: Binarupa Aksara
·
ISAAC. (2014). The
Global Asthma Report 2014. New Zealand: Global Asthma Network.
·
Muttaqin, A. (2008). Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
·
ENA. (2007). Sheehy's
Manual of Emergency Care 6th Edition. St. Louis Missouri: Elsevier Mosby.
·
Astuti, H. W.,
& Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media.