Selasa, 24 November 2015

asmatikus

MAKALAH KEPERAWATAN GAWATDARURAT
PENANGANAN ASMATIKUS
GUNA MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FARIS IZZUDIN       48933181537
PINRIH SETYO MULYO                  48933181549



PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2015
DAFTAR ISI










Jumlah penderita asma di dunia mungkin setinggi 334 juta. Angka ini berasal dari analisis yang komprehensif terbaru dari Global Burden of Disease Study (GBD) yang dilakukan tahun 2008-2010. The International Study of Asma dan Alergi in Childhood (ISAAC) melakukan survei terbaru antara tahun 2000 dan 2003. ISAAC menemukan bahwa sekitar 14% dari anak-anak di dunia yang cenderung memiliki gejala asma pada tahun lalu dan, yang terpenting, prevalensi asma anak bervariasi antar negara, dan antara pusat dalam negara yang diteliti. Kesimpulan ini dihasilkan dari survei ISAAC tentang sampel yang representatif dari 798.685 anak usia 13-14 tahun di 233 pusat di 97 negara. (A kelompok usia yang lebih muda dari anak-anak (6-7 tahun) juga dipelajari oleh ISAAC dan temuan itu umumnya sama dengan anak-anak yang lebih tua). Prevalensi mengi baru-baru ini bervariasi. Prevalensi tertinggi (> 20%) secara umum diamati di Amerika Latin dan di negara-negara berbahasa Inggris dari Australasia, Eropa dan Amerika Utara serta Afrika Selatan. Prevalensi terendah (<5%) diamati di anak benua India, Asia-Pasifik, Timur Mediterania, dan Utara dan Eropa Timur. Di Afrika, 10-20% prevalensi sebagian besar diamati.(ISAAC, 2014)
Status asmatikus merupakan serangan asma yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis, bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespons terapi konvensional (Muttaqin, 2008).





1.      Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan Asmatikus.
2.      Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep keperawatan Asmatikus yang terdiri dari definisi, pengkajian dan penanganan.























Asma adalah keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadat rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan ; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan di antar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A.Price). Beberapa factor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, factor keturunan, serta factor lingkungan. (Nurarif  & Hardhi, 2015).
Status asmatikus merupakan serangan asma yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konvensional dan ini merupakan keadaan darurat medis, bila tidak segera diatasi akan terjadi gagal napas. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespons terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin (Muttaqin, 2008).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).



1)     Adalah peradangan jalan napas kronis, yang di tandai dengan hiperaktivitas bronkus dan obtruksi jalan napas yang reversible.
2)     Eksaserbasi akut dapat sebgai akibat pemicu lingkungan, aktivitas fisik, infeksi temperature, atau tidak taat terhadap pengobatan.
3)     Status asmatikus adalah suatu serangan yang mengancam jiwa yang tidak berespon terhadap terapi awal.
4)     Reaksi imonologik (alergika/asma ekstrinsik) mulai timbul dengan aktivitas sel mask dan pelepasan histamine, leukotrin, prostaglandin, dan tromboksane A2 dan berkembang menjadi bronkokontriksi, peradangan, dan produksi mucus oleh eosinophil, dan sel mononukleus.
5)     Reaksi Non-imunologik (asma intriksik) mengakibatkan bronkokontriksi tanpa menginduksi kaskade imunologik di atas (misalnya aktivitas fisik, udara dingin, infeksi respirasi, polutan udara, dan obat-obatan).
(Jeffrey  & Scott,2012)

1.     Primary Assessment
a)     Airway
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan napas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.
b)     Breathing
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memporeh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien mengalami napas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25x / menit. Pantau adanya mengi.
c)      Circulation
Pada kasus asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksigen maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 50% nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.
d)     Disability
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata-bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan. Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik paien unrespon.
e)     Exposure
Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intensif  (ENA, 2007).

2.     Secondary assessment






3.     Diagnosa
Diagnosa keperawatan menurut Astutu & Rahmat, 2010 adalah :
a)       Kerusakan bertukaran gas berhubungan dengan kontriksi bronchial.
b)       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c)        Fatique berhubungan dengan hipoksia
d)       Resiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kesulitan intake cairan, kehilangan cairan dan diapoiresis.

Penanganan menurut Jeffrey & Scott,2012 adalah :
1)     O2 suplemen di berikan.
2)     Intervensijalan napas dapat mencakup ventilasi tekanan positif yang non-invasif atau intubasi endotrakea.
3)     Terapi bronco dilator melalui nebulizer atau inhaler.
4)     Steroid merupakan terapi utama tetapi efeknya belum telihat selama 2-6 jam.
5)     Magnesium sulfat digunakan pada anak-anak dengan kelainan moderat sampai berat (juga dapat menurunkan keperluan intubasi).
6)     Injeksi epinefrin atau terbutaline di berikan pada pasien yang sakit kritis.
7)     Modifier leukotrin, cromolyne, dan methylxathine tidak di gunakan pada eksaserbasi akut karena mulai kerjanya lambat.











Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain,  bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan.Asmatikus merupakan penyakit obstruksi jalan napas, yang reversible dan kronis, dengan karakteristik adanya mengi, disebakan oleh spasme saluran bronkial, atau pembengkakan mukosa setelah terpajan berbagai stimulus. Prevalensi, morbiditas dan mortalitas asma meningkat yang mungkin akibat dari peningkatan polusi udara.














DAFTAR PUSTAKA
·         Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015). Nanda nic-noc aplikasi jilid 1.Jakarta: Mediaction
·         Brunner & Suddarth. (2001).  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
·         Jeffrey  M. C. & Scott K. (2012). Master Plan Kedaruratan Medik.Tangerang selatan: Binarupa Aksara
·         ISAAC. (2014). The Global Asthma Report 2014. New Zealand: Global Asthma Network.
·         Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:  Salemba Medika.
·         ENA. (2007). Sheehy's Manual of Emergency Care 6th Edition. St. Louis Missouri: Elsevier Mosby.
·         Astuti, H. W., & Rahmat, A. S. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media.